Guru Besar UGM: Bahaya Beras Oplosan
Dalam era modern ini, masalah kesehatan masyarakat semakin menjadi perhatian utama. Salah satu isu yang semakin mengemuka di Indonesia adalah beras oplosan, yaitu beras yang dicampur dengan bahan lain untuk menambah berat atau mempercantik tampilan, namun berpotensi membahayakan konsumen. Guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Budi Santoso, menegaskan bahwa praktik beras oplosan merupakan ancaman serius yang harus segera ditangani.
Beras merupakan bahan pokok utama masyarakat Indonesia. Sebagai sumber karbohidrat utama, konsumsi beras yang aman dan berkualitas sangat penting demi menjaga kesehatan masyarakat. Namun, kenyataannya, banyak oknum tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan celah ini dengan memproduksi dan menjual beras oplosan. Beras oplosan biasanya mengandung bahan berbahaya seperti pemutih, pengawet, bahkan bahan kimia yang tidak layak konsumsi. Cara produksinya pun seringkali tidak higienis dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sehingga sulit dideteksi oleh konsumen maupun pihak berwenang.
Prof. Budi menegaskan bahwa bahaya beras oplosan tidak hanya sebatas kerugian ekonomi, tetapi lebih dari itu, berisiko besar terhadap kesehatan masyarakat. Konsumsi beras yang tercampur bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari gangguan pencernaan, kerusakan hati, hingga keracunan akut yang bahkan bisa berujung pada kematian. Apalagi, bahan kimia seperti pemutih atau pengawet yang tidak diizinkan memiliki efek jangka panjang yang merusak organ tubuh manusia.
Selain itu, beras oplosan juga berpotensi menimbulkan ketidakpercayaan terhadap produk beras yang sah dan berkualitas. Jika masyarakat terus-menerus terpapar beras oplosan, mereka akan semakin sulit membedakan mana beras yang aman dan mana yang berbahaya. Ini dapat menyebabkan kerusakan reputasi petani dan pedagang yang menjual beras berkualitas, serta merugikan ekonomi petani lokal dan industri beras nasional.
Prof. Budi mengingatkan bahwa penegakan hukum harus lebih diperkuat untuk memberantas praktik oplosan ini. Pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dinas Perdagangan, dan aparat kepolisian perlu melakukan pengawasan secara rutin dan menyeluruh di lapangan. Selain itu, masyarakat juga diajak untuk lebih cerdas dalam memilih dan memeriksa beras yang akan dikonsumsi, misalnya dengan mengenali ciri-ciri beras berkualitas dan menghindari harga yang terlalu murah dari biasanya.
Peran pendidikan juga sangat penting dalam mengatasi masalah ini. Guru dan lembaga pendidikan harus memberikan penyuluhan tentang bahaya beras oplosan kepada masyarakat, terutama kepada petani, pedagang, dan konsumen. Edukasi yang tepat akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memilih produk beras yang aman dan berkualitas.
Selain itu, inovasi teknologi juga dapat membantu mendeteksi beras oplosan dengan lebih cepat dan akurat. Pengembangan alat pendeteksi bahan kimia berbahaya pada beras di tingkat produsen maupun konsumen akan sangat membantu mengurangi peredaran beras oplosan di pasaran.
Secara keseluruhan, bahaya beras oplosan merupakan masalah yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Melalui kombinasi penegakan hukum, edukasi masyarakat, inovasi teknologi, dan kerjasama lintas sektor, diharapkan praktik oplosan dapat diminimalisasi dan masyarakat Indonesia dapat mengonsumsi beras yang aman, sehat, dan berkualitas. Kesehatan masyarakat adalah aset utama bangsa, dan menjaga keamanan pangan seperti beras adalah salah satu langkah nyata untuk mewujudkan hal tersebut.